[CERPEN] PENYERANGAN TERHADAP KOMPLOTAN BERKUASA

Kenangan pahit yang sering menghantuiku selalu berhasil membuatku merasa sedih dan menimbulkan kesan traumatik sepanjang hidupku. Pada hari ini aku sedang menikmati pemandangan yang berada di bendungan setiap hari Sabtu sembari memegang tangan cucu kesayanganku yang beranjak dewasa itu.

“Kung, Ami heran mengapa Yangkung selalu menangis setiap kita berada di bendungan ini?” Aku hanya bisa mengatakan tak apa kepada cucuku, seolah baik-baik saja walaupun ia mengetahui bahwa kungnya merasakan kesedihan yang tak ingin diceritakan dan memilih untuk menyembunyikan-nya.

Sebenarnya ingin sekali bercerita tentang masa lalu yang pernah kualami kepada cucuku agar perasaan yang selama ini ku pendam bisa sedikit melegakan, hanya saja menyebut sepatah kata-pun untuk memulai berbicara serasa tidak kuat menahan tangisan yang salama ini kusembunyikan. Pada saat itu tepat tahun 1907 terjadi peristiwa yang sangat memilukan, zaman Hindia-Belanda dengan sistem otoriternya yang semena-mena memperlakukan pribumi menderita.

Aku yang memiliki sahabat karib merasa terpukul melihat ia yaitu seorang Kyai bernama Darmodjoyo sebagai pemimpin pemberontakan dengan tujuan membela rakyat untuk mengembalikan hak-haknya berakhir ironis. Dari kejadian itulah mengapa diriku selalu sedih jika teringat hal tersebut termasuk di tempat bendungan yang saat ini ku kunjungi setiap Sabtu. Pada masa kolonial Belanda menjajah di Indonesia termasuk Nganjuk dalam pemerintahannya yang menjadi objek keuntungan selalu rakyat kecil atau petani.

Pribumi selalu saja terkena imbas dan dirugikan seperti dipaksa untuk kerja lebih lama, membayar pajak tinggi karena saat itu mengalami masa sulit dalam segi ekonomi. Nasib para petani di ujung tanduk hanya satu-satunya dari para humanis seperti sahabatku yang terkenal dengan sosok terpandang dalam masyarakat ini memiliki niatan untuk menindak lanjuti perilaku orang Belanda yang seenaknya.

“Ayolah! kita bisa melakukannya secara bersama-sama, lihatlah apa kau tidak lihat teman-teman kita selalu sengsara?” Sontakku untuk meyakinkannya.

“Tetapi kita butuh banyak dukungan apakah segini saja cukup untuk melawan mereka?” jawab Darmodjoyo.

“Untuk itu, kami semua terutama golongan petani secara keseluruhan sangat mendukung adanya pemberontakan ini. Bahkan pengikutmu beserta keluargamu juga mengikuti keputusanmu” Lantang dengan tegas dari salah satu perwakilan petani.

Adanya dukungan dari berbagai pihak akhirnya aku dan sahabatku Darmodjoyo bertindak menyerbu para pegawai orang Belanda ke Pabrik gula Kujon Manis dengan menodongkan senjata. Aksi ini bertujuan untuk mengancam dan menumbangkan mereka yang seenaknya kepada rakyat.

“Serangggg!! Saudaraku sekalian kita bersatu untuk membebaskan kita semua dari penderitaan yang dilakukan oleh pihak orang Eropa itu” Sontak Darmodjoyo.

Dari pernyataan Darmodjoyo pemberontakan ini berlangsung di beberapa daerah seperti pabrik gula, rumahnya, serta bendungan. Peristiwa saat itu sangat sengit banyak korban berjatuhan akibat penyerangan ini. Pihak Belanda juga tidak segan-segan membunuh Darmodjoyo beserta keluarga dan para pengikutnya.

“Kung, sudah menjelang malam mari kita bergegas kembali ke rumah”  Ucap cucuku. Aku hanya seorang manusia yang sudah lanjut usia hanya menuruti apa yang dikatakan Ami tanpa bersuara.

Akhir dari cerita perisitiwa yang ku alami ini sahabatku meninggal bersama keluarga dan pengukutnya. Dikatakan bersyukur iya, sedih, traumatik juga iya. Aku yang masih hidup sampai sekarang sangat beruntung bisa menikmati hidup dan dekat bersama keluarga walaupun dulu pada saat itu juga banyak kehilangan orang-orang yang sangat penting dalam kehidupanku.

 

Penulis:

Retha Herdian Putri - 180732640530

Komentar